Kedepankan Al-qur'an
,

Rasanya semakin hari al-qur'an mulai ditinggalkan oleh umat islam. Meski perlahan dan seolah tak terasa, telah banyak orang-orang yang meninggalkan kitab suci yang merupakan penyempurnaan dari kitab-kitab terdahulu yakni taurat, zabur dan injil. Hal ini terbukti saat diadakanya uji baca qur'an bagi calon legislatif. Sungguh sangat mengejutkan, banyak dari calon legislatif harus gugur dan mengurungkan niatnya untuk menjadi wakil rakyat hanya karena tidak bisa membaca al-qur'an.

Memang jika dipikir dangkal, antara membaca al-qur'an dengan pencalonan menjadi wakil rakyat seperti tidak ada hubungan, Karena menjadi legislatif adalah urusan dunia dan hanya mengurusi rakyat, bukan ummat. Tapi sebenarnya inilah tolok ukur pertama yang harus dicanangkan.

Al-qur'an merupakan kitab suci yang terdapat didalamnya pedoman-pedoman hidup juga pembeda antara yang hak dan yang bathil, antara apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, baik yang berhubungan dengan Allah sebagai Tuhan maupun semua hal yang berkaitan dengan sesama manusia.

"lantas apa hubungannya sama caleg?"

Calon-calon legislatif merupakan orang-orang yang akan mendengar, menyuarakan dan membela rakyat. Rakyat butuh wakil-wakil yang berjiwa bersih yang memiliki tujuan hidup yang nyata. Dan itu bisa didapatkan dengan hidup yang mengamalkan isi al-qur'an (bagi umat islam khususnya). Tapi bagaimanakah orang akan mampu mengamalkan isi al-qur'an jika membaca dan mengeja huruf-hurufnya tidak bisa (Bolehlah untuk saat ini sangat mudah mendapatkan terjemahannya). Tapi... sebagai umat islam, kita harus mengenal kitab suci ini dengan minimal mampu membacanya. Dengan demikian, jika masih terdapat seorang muslim yang tidak bisa membaca al-qur'an, sungguh ia tidak ingin mengetahui banyak hal dalam agamanya yang notabene menjadi pegangan hidupnya.

Sungguh saya sangat menyayangkan kabar yang saya baca dikoran bahwa ada banyak (ratusan caleg) yang gugur hanya karna tidak bisa membaca al-qur'an. Kalau saat ini yang telah diuji baca al-qur'an masih caleg saja. Lalu bagaimana jika tes baca al-qur'an ini diadakan disetiap lembaga dan disetiap daerah yang ada di indonesia, mengingat penduduk indonesia mayoritas adalah muslim. Dan entah akan ada angka berapa lagi yang akan menuliskan data orang-orang islam yang tidak bisa membaca alqur'an.

Mengedepankan al-qur'an merupakan langkah yang real untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Dimulai dengan membaca, kemudian mempelajari isi dan untuk seterusnya adalah mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan mari kita mulai dari diri-sendiri.


cerita
,



“Jangan Abaikan Hal Yang Sepele.” Pada suatu hari ada seekor tikus yang keluar dari sarangnya pergi kelumbung padi, tikus itu melihat ada jebakan tikus. Si tikus berlari menemui ayam dan menceritakan bahwa dilumbung padi ada jebakan tikus yang berbahaya. Ayampun cuek mendengar cerita tikus.

Tikus berlari menemui kambing dan bercerita bahwa dilumbung padi ada jebakan tikus, kambingpun cuek. Tikus berlari lagi menemui sapi dan menceritakannya, sapi-pun cuek. Tikus berlari menemui ular dan menceritakannya, ularpun cuek. Sampai akhirnya pada pagi hari, pak tani pergi kelumbung padi untuk melihat jebakannya apakah mendapatkan tikus. Ternyata yang terjebak bukan tikus melainkan ular. Melihat pak tani datang, ular marah dan mematok kaki pak tani. Pak tani membalasnya dengan menebaskan goloknya dan ularpun mati.

Melihat kakinya kena bisa pak tani pergi kedokter. Kata dokter supaya cepat sembuh mesti makan yang bergizi, begitu pulang pak tani memotong ayamnya. Lukanya ternyata nggak sembuh-sembuh, dipanggillah pak kyai untuk mendoakan kesembuhannya maka dipotonglah kambing. Sakitnya pak tani makin parah dan akhirnya pak tani meninggal dunia, orang-orang sekampung pada datang untuk menyelawat maka dipotonglah sapinya.

Pesan cerita diatas, Awalnya musibah itu hanya menimpa ular namun toh akhirnya ayam, kambing dan sapi juga jadi korban. Jangan sampai karena bukan kita jadi korban kemudian kita tidak ambil pusing, toh..akhirnya kita juga kena getahnya.

Asmara Subuh
,



Seperti biasanya, seusai sholat subuh, saya dan suami melakukan jalan-jalan pagi, apalagi kondisi saya yang saat ini sedang hamil tua, membuat kami senantiasa melukukan rutinitas ini sebagaimana anjuran bidan. Yah demi kesehatan calon bayi kami.

Tapi pemandangan setiappagi dibulan suci ini memang beda dari biasanya, kalau pada pagi-pagi biasanya hanya terlihat bapak-bapak atau ibu-ibu atau anggota keluarga, kalaupun ada beberapa remaja serta ibu-ibu hamil seperti saya. Tapi ketika bulan suci ramadhan ini, malah saya melihat jalanan dipagi hari luar biasa ramai. Dan yang lebih memprihatinkan adalah bahwa sebagian dari mereka adalah remaja.

Sungguh saya tak ingin berburuk sangka tapi inilah kenyataan, moment ramadhan yang harus diisi dengan amalan ibadah yang berguna malah tercoreng dengan aktivitas jalan jalan pagi yang sering orang menyebutnya dengan asmara subuh. Mungkin akan sangat bermanfaat bagi tubuh, karena jalan-jalan pagi memang untuk kesehatan, namun jika moment seperti ini malah dijadikan ajang perkenalan, bersatunya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, ngobrol bareng tanpa batas, dan lebih memprihatinkan adalah dijadikan ajang pacaran.

Begitulah pemandangan setiap subuh tiba dibulan suci. Lantas bagaimana dengan puasa kita? karena puasa bukan hanya menahan makan dan minum, akan tetapi juga harus menahan nafsu apapun yang dapat membatalkanya.

Yang Pernah Hilang
,


Jelita Maharani adalah namaku. Nama pemberian orang tuaku. Nama yang begitu indah menurutku dan kebanyakan orang. Aku gadis berusia tujuh belas tahun, sedang menempuh jenjang pendidikan ditingkat menengah.

Bintang kelas,optimis, dikerumuni banyak teman adalah impianku diawal-awal aku masuk sekolah menengah. Namun, dipertengahan tahun kedua, impianku berubah; berubah menjadi kenyataan. Meskipun aku adalah gadis miskin yang harus sampai kesekolah dengan mengayuh sepeda sepanjang tujuh kilometer. Akan tetapi, semua itu tidak pernah menyurutkan semangatku dalam belajar. Karena aku yakin hanya dengan belajar sungguh-sungguh, kelak kehidupanku akan lebih baik.

Karena rumahku sangat jauh, maka aku harus menempat dirumah salah satu paman dari ayahku. Aku senang, mereka begitu menyayangiku. Bahkan dari wujud sayang mereka aku diperkenalkan dengan seorang pemuda, dia sangat dewasa menurutku, berperawakan tinggi dan telah mandiri. Aku senang berkenalan dengannya.

Dua bulan kemudian semua berubah. Aku merasakan masa depanku gelap tak seindah hari yang telah kulalui dan akan berakhir cemerlang seperti yang ada dalam imajinasiku selama ini. Semangatku yang membara kini redup dan nyaris mati. Seperti matinya api yang tersiram air, semua itu terjadi setelah aku tahu bahwa pmuda yang aku tahu bernama Ahmad adalah calon suamiku yang akan menikahiku enam bulam yang akan datang. Ah...duniaku benar-benar hilang.

Sejak itulah kedatanganku ke sekolah disesalkan teman-temanku. Aku yang periang dan bintang kelas, hanya datang untuk membuat gaduh dengan macam tingkah-polah yang kubuat-buat. Jika tidak, maka aku akan tertidur disetiap jam pelajaran. Perubahan yang drastis terjadi padaku membuat wali kelas kami geleng-geleng kepala.

Aku merasa semua hal telah berubah, juga teman-temanku. Mereka mulai memandang aneh kepadaku. Padahal........peristiwa ini tak pernah terbersit dihati ini, walau sedetik. Tapi, ah...

Sejak pertunangan itu, tak seorang pun dari mereka yang bersedia masuk dalam permasalanku atau hanya untuk sekedar mendengar jeritan hatiku. Yah... sebuah permasalahan yang begitu rumit dan sulit bagi gadis remaja seumuranku. Aku semakin terpuruk. Bayangan yang masa depanku yang cerah seakan mulai mengabur dan semakin sulit untuk kugapai. Ah... aku mendesah panjang.

Dalam keterpurukan itu, aku duduk disudut ruangan kantin sekolah. aku benamkan kepala diantara kakiku. Ingin rasanya aku menghilang, seperti posisi kepalaku saat ini. Biar hening. Tiba-tiba terdengar suara memanggilku "Jelita..."
Aku tak segera mengangkat kepalaku. Sekali lagi ia memanggil namaku, lebih jelas. "Jelita...."
Oh.. itu suara yang begitu kukenal. Suara itu pernah akrab beberapa bulan yang lalu. Namun, akhir-akhir ini kami nyaris tak pernah bertegur sapa, kami sama-sama egois.
"oh.. kamu gus! ada apa? tumben?" Sahutku tanpa berekspresi.
Kemudian kami larut dalam dialog, layaknya dua shabat lama yang bertemu stelah puluhan tahun berpisah. Ternyata ia tahu tentang masalahku, pertunanganku yang tak pernah aku inginkan. Oleh karenanya ia beranikan diri untuk bertanya lansung kepadaku.
"Ta, aku ga percaya, kamu ga tunanganka?!"
Aku tetap diam. Kembali kubenamkan kepalaku, kurasakan beban berat baru saja menimpa kepalaku. Dan aku masih diam.
"Ta..." Agus menyentuh pundakku.
"Kamu hatus tahu! kalo aku ga pengen kehilangan kamu, aku ga mau kamu nikah duluan, sumpah ! aku ga pengen ini terjadi!"
Agus berkata penuh antusias. Entahlah... aku tak dapat memeknainya. Tapi aku tahu, bahwa sorot matanya benar-benar tak mengizinkan aku meninggalkannya sendiri. Hingga akhirnya aku berjanji takkan meninggalkanya sendiri.

Pada hari itulah ia membantuku memeluk, mendekap harapan dan semangatku yang hendak lari meninggalkanku. Aku benar-benar tersulut, semangatku berkobar kembali. Aku kembali seperti semula. Penuh percaya diri dan optimis dalam melangkahi hari-hari. Dalam hatiku berbisik "takkan kubiarkan pertungan ini menghambat cita-citaku, akan kulawan dengan kekuatan cinta, demi cita-citaku."

Begitulah Agus yang kukenal egois dan sok jagoan, ternyata mampu membantuku untuk bangkit menyongsong masa depan yang aku idam-idamkan. Terima kasih Agus atas motivasi yang engkau berikan, walau semua itu tak pernah kau sadari.

Kini sang Jelita Maharani telah menyelesaikan program SI Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di STAIDA Banyuwangi dengan IP 3,20.

Memory 2003



Jika Bathin Bahagia Penderitaan Badan Tidak Terasaa
,


Suatu kali saat saya sedang chatting dengan teman. Tidak sekedar omong-omong kosong saja, saya senantiasa meminta nasehatnya perihal kehamilan. Saya akui dia adalah dokter kedua dalam kehamilan saya yang pertama ini. Saya percayakan hal yang belum tahu untuk bertanya kepadanya, karena ia telah berpengalaman (maksudnya, ia telah memiliki anak yang baru berusia empat bulanan).

Saat saya mengutarakan keluhan-keluhan dua bulan menjelang kelahiran si-malaikat kecil ini, dia menghibur saya dan mengatakan saya harus bersyukur serta bersabar sembari menikmati keadaan, beginilah sulit dan menderitanya calon ibu.

Memang benar. Sungguh saya rasakan bahwa kebahagiaan itu tak pernah terbeli oleh apapun. Kebahagiaan itu telah menghapus semua derita badan ini. Sebagaimana ketika saya hamil muda, dengan keadaan badan yang lemah, tidak sanggup mencium aroma masakan (jangankan yang dekat, yang jauh aja ketahuan alias tercium oleh saya), muntah-muntah dan berbagai macam kondisi yang sangat tidak nyaman.

Meskipun saat itu dalam keadaan yang tidak nyaman pada triwulan pertama kehamilan saya, namun saat kami (saya dan suami) pergi ke USG untuk melihat/ mengintip sang janin. Seketika itulah saya merasakan kebahagiaan yang sangat. Dan saya rasakan penderitaan saya selama ini menguap satu demi satu.

Kemudian saat dia (sang janin) mulai memasuki trimester ketiga, sebuah keadaan yang sangat memerlukan kesabaran. Karena pada saat-saat seperti ini saya harus menggendongnya dalam suasana bagaimanapun. Saat-saat ia menendang, yang kadangkala membuat saya harus meringis kesakitan. Saat-saat ia naik hingga ketulang rusuk yang membuat saya jadi susah bernafas. Tapi semua penderitaan itu hilang jika saya melihat bentuknya yang mungil yang ada dalam foto hasil USG. Semua penderitaan itu hilang jika saya mengingat bahwa; dialah anugrah, dialah cinta, dialah yang akan menjadi malaikat kecilku, dialah yang akan menjadi boss baru dalam rumahku yang sepi, dialah yang akan menjadi pelipur-lara, dan dia juga yang akan sanggup menghilangkan beban kecapaian sang ayah sepulang kerja walau hanya dengan suara tangisannya.

Oh sungguh saya sangat bahagia. Dan sekali lagi bahagia ini takkan pernah terbeli oleh apapun. Menjadi ibu adalah hal yang menyenangkan, tapi saya sadar titipan allah yang satu ini haruslah kami bimbing dengan sebaik-baiknya, agar kelak dapat menjadi manusia yang bertaqwa dan menjadi manusia pembebas durjana. sebagaimana yang telah dipesankan oleh nabi, bahwasanya bayi yang lahir itu bagaikan kertas putih yang bersih. Dan kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya penuh coretan yang indah atau bahkan dipenuhi coretan yang buram dan menyakitkan mata.

Semoga kita semua senantiasa mendapatkan petunjuk-Nya. Aamien.

Gambar Pernikahanku
,


Ambi mas Aziz



Mbiyen ambi mbisuke lan selawase. Insyaallahu taala ijabahi...amien.


Keinginan Sederhana
,


Entahlah... dari sekian banyak kepala manusia, allah menciptakan berjuta bahkan bertrilyun-triliyun keinginan. Ada yang berkeinginan sangat tinggi, jauh dengan yang dia mampu menjangkaunya. Adapula yang telah memiliki berbagai hal, namun malah tak pernah kesampaian untuk mendapatkan keinginan yang sangat sederhana.


Demikian dengan salah seorang tetangga kami di kampung. Ia adalah seorang ibu dari tiga anak dan nenek dari tiga orang cucu. Secara kebendaan ia tak kurang sedikitpun (kaya untuk ukuran orang desa). Suatu hari beliau datang kerumah dan menumpahkan segala uneg-unegnya alias curhat kepada ibu saya.

"bu, saya ini sudah tua, udah ga banyak keinginan." katanya.
"lha kenapa toh bu" jawab ibu saya.
"saya itu senang sekali kalo melihat ada anak yang mengantarkan makanan untuk orang tuanya, saya pengen sekali dianterin makanan atau dibawakan oleh-oleh kalo anak-anak saya pulang dari berbelanja, meski saya masih sering berbelanja sendiri dan belum terlalu tua untuk bermanja-manja sama anak-anak. Sebenarnya saya hanya ingin menikmati makanan aatau apa saja dari anak-anak. ga penting mahal atau murah." beliau bercerita dengan mimik wajah yang sedih. sungguh keinginan yang sangat sederhana.

Kemudian ibu saya menyarankan beliau untuk bersabar dan mengatakan mungkin anak-anaknya merasa jika ibu dan ayahnya sudah berkecukupan dan mersa malu jika hanya memberi sesuatu yang tidak ada harganya.

Kemudian ibu saya mengatakan kepada saya bahwa sebagian besar nafsu kebendaan orang tua yang sudah lanjut usia itu sedikit demi sedikit menguap, hanya yang mereka inginkan adalah kasih sayang dari anak cucunya. Demikian pula ibu saya mengisahkan tentang nenek kami yang senantiasa menanti kedatangan ibu dari pasar hanya untuk mendapatkan oleh-oleh dari ibu yang berupa jajanan tapai ubi kesukaanya.

Memang sepatutnyalah kita sebagai anak membahagiakan hati kedua orang tua. Dan yang paling harus disadari adalah bahwa kebahagiaan itu tidak hanya dengan tercukupinya materi.Apalagi hanya dengan membahagiakan kedua orang tualah kita akan mendapatkan ridlonya, dan dengan ridlo itu kita akan mendapatkan keridloan allah swt.

Semoga kita dapat membahagiakan orang tua kita. Karena pada hakikatnya apapun yang kita berikan tidak akan pernah sepadan dengan kasih sayang yang mereka curahkan untuk kita.


Hari Ini Aku Kalah
,

Hari ini adalah puasa yang keempat. Ummie sedih banget, karna pada hari ini ummie kalah alias ga bisa nyelesaikan puasa sampai sehari penuh.


Kondisiku yang memang sedang hamil tua membuat ummie ga tahan kalo puasa sampai sehari penuh. hal ini terjadi karena kami semalam ga sahur. waaaaaaaaah.........jelang sholat dhuhur, perut ummie protes ga karuan, kudu muntah dan sendawa yang tak henti-hentinya. So, ummie harus buka puasa ditengah hari bolong :( (ngomong-ngomong sedih juga lho....)

Usaha Untuk Khusyu'
,



Sahabat Rasulullah SAW, Hudzaifah r.a mensinyalir bahwa hal pertama yang akan lenyap dari agama Islam adalah khusyu’, sedangkan yang terakhir adalah shalat. Kelak akan banyak orang yang mengerjakan shalat, tapi tidak memperoleh kebaikan di dalamnya. Kamu hampir tidak menemukan seorangpun yang melaksanakan shalat dengan khusyu’ ketika masuk ke dalam masjid.


Hudzaifah r.a. selanjutnya berkata: “Hindarilah olehmu khusyu’ munafiq, yaitu kamu melihat tubuh seseorang dalam keadaan khusyu’ tapi hatinya tidak”. Fudhail bin Iyadh menambahkan: “Sangat dibenci ketika seseorang kelihatan khusyu’, padahal hatinya tidak demikian. Ketika ada seseorang yang kedua pundak dan badannya kelihatan khusyu’, maka dikatakan kepadanya: “Hai Fulan, khusyu’ ada di sini sambil menunjuk dadanya dan bukan disini sambil menunjuk kedua pundaknya”. (Ibn Qayyim, Madârij al-Sâlikîn, 1/521).

Ibn Taimiyyah menjelaskan bahwa khusyu’ dalam shalat dapat timbul karena dua hal, yaitu: 1)- karena keinginan yang kuat, dan 2)- kemampuan mengatasi rintangan. Keinginan kuat dimaksudkan kesungguhan seseorang dalam merenungkan, memahami, dan menghayati ucapan dan bacaan dalam shalat, dengan keyakinan bahwa dia saat shalat itu sedang berkomunikasi dengan Allah, sebagaimana sabda Rasulullah tentang makna al-ihsân: Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan Engkau melihat-Nya, dan jika Engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu”. (H.R. al-Bukhârî). Kemampuan mengatasi rintangan maksudnya adalah tekad yang kuat untuk menolak segala hal yang dapat melalaikan hati dari tafakur dan berzikir kepada Allah selama menunaikan shalat. Menghindarkan perasaan was-was (keraguan) dalam shalat karena gangguan nafsu syahwat. (Ibn Taimiyyah, Majmû’ al-Fatâwâ, 22/606-607).

Oleh karena itu dalam rangka menghadirkan khusyu’ dalam shalat diperlukan usaha-usaha, antara lain:

1. Melakukan persiapan awal sebelum mendirikan shalat, dengan terlebih dahulu menghayati lafadz Azan yang dikumandangkan oleh muazin, lalu mengikutinya dengan doa. Kemudian mensucikan diri dari hadats kecil dan besar, lengkap dengan melakukan rukun dan sunnahnya. Menggunakan pakaian yang suci dan bersih dengan memperhatikan bahwa pakaian yang dipakai itu didapatkan dari cara-cara yang halal, menutup aurat, membersihkan tempat shalat, menuju ke masjid dengan tenang sambil berzikir dan berdoa, meluruskan dan merapikan barisan, serta mengkondisikan suasana di masjid itu tenang dan aman.

2. Melakukan gerakan-gerakan dalam shalat secara thuma’nînah (tenang), baik ketika berdiri, ruku’, sujud, bangun dari sujud, dan begitu seterusnya. Sabda Nabi Saw.: “Tidak sempurna shalat salah satu di antara kalian, sehingga dia melakukan gerakan-gerakan shalat secara thuma’nînah (tenang). H.R. Abu Daud. Nabi memberi perumpamaan orang yang shalat tanpa thuma’nînah itu ibarat pencuri yang mencuri shalatnya, mencuri ruku’ dan sujudnya karena tidak menyempurnakannya.

3. Mengingat kematian di dalam shalat. Rasulullah berpesan kepada Abi Ayyub r.a.: “Apabila kamu berdiri untuk melaksanakan shalat, maka shalatlah seperti orang yang pamitan (pergi tak kembali). H.R Ahmad. Dalam hadits riwayat Ibn Hajar, Rasulullah bersabda: “Ingatlah akan kematian dalam shalatmu, karena jika seorang mengingat kematian dalam shalatnya niscaya akan menyempurnakan pelaksanaan shalatnya. Hendaknya kamu melaksanakan shalat seperti shalatnya orang yang tidak yakin akan dapat melaksanakaan shalat lagi”. Dengan begitu seseorang akan melakukan shalat dengan khusyu’ karena shalat yang sekarang dilakukan diyakini sebagai shalat terakhir, tidak tahu apakah shalat berikut dapat dilakukan karena kematian telah menjemputnya.

4. Merenungi dan menghayati ayat-ayat dan zikir yang sedang dibaca, yaitu dengan cara mengetahui arti dan makna dari ayat, zikir atau doa yang dibaca. Ada sebuah riwayat dari Hudzaifah r.a., bagaimana Rasulullah menghayati ayat-ayat dan doa yang dibaca dalam shalat. Bahwa pada suatu malam ketika Rasulullah melaksanakan shalat, maka beliau membaca al-Quran sambil menguaraikannya (membaca pelan-pelan sambil menghayati maknanya). Bila dalam ayat yang dibaca itu ada kata-kata yang mengandung tasbîh (memahasucikan Allah), maka beliau pun bertasbih. Bila ada kalimat Tanya, beliaupun bertanya. Bila ada kalimat yang mengandung makna ta’awudz (memohon perlindungan), maka beliaupun memohon perlindungan”. H.R. Muslim. Diriwayatkan oleh Aisyah r.a. bahwa pada suatu malam ketika melakukan shalat beliau tidak henti-hentinya menangis. Bilal bertanya: Ya Rasulullah, mengapa Engkau menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu ataupun yang akan dating ?. Beliau menjawab: “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang pandai bersyukur?. Sesungguhnya pada malam ini telah diturunkan kepadaku ayat-ayat yang menunjukkan kecelakaan bagi orang-orang yang membacanya tetapi tidak merenungi dan menghayati isinya”. H.R. Ibn Hibbân.

5. Membaca ayat-ayat dan doa secara tartil (Q.S. al-Muzammil/73: 4), dimaksudkan agar orang yang melakukan shalat membaca ayat-ayat secara perlahan sambil bertafakkur memahami isinya, memperbagus suara agarlebih khusyu’. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya manusia yang paling indah suaranya dalam membaca al-Quran adalah orang yang apabila kamu mendengarnya membaca, kamu memandang dia karena takut kepada Allah. H.R. Ibn Mâjah.

6. Yakin bahwa Allah akan mengabulkan doa, zikir dan shalat kita. Kita meyakini bahwa kita sedang berkomunikasi dengan Allah. Apa yang kita baca, permohonan yang kita panjatkan didengar langsung oleh Allah. Maka kita tidak pernah lalai ketika berhadapan dengan-Nya. Raslullah bersabda: Sesungguhnya salah seorang di antara kamu, apabila mendirikan shalat, pada hakikatnya dia sedang bermunajat (memohon kepada Allah). Oleh karena itu hendaklah dia memperhatikan bagaimana cara dia bermunajat kepada Tuhannya”. H.R. Hakim.

7. Melakukan gerakan-gerakan shalat sesuai dengan tuntunan yang disyariahkan. Ketika takbir, meletakkan kedua tangan, rujuk, sujud, duduk dan seterunya dilakukan sesuai dengan tuntunan. Tidak membuat cara-cara sendiri, sehingga akhirnya menyalahi tuntunan Rasulullah Saw.

8. Menundukkan pandangan ke arah tempat sujud. Untuk menambah kekhusyu’an, maka orang yang shalat pandangannya hendaknya terpusat pada satu titik, yaitu tempat sujud. Tidak menoleh ke sana kemari, ke atas atau ke kiri kanan. Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah Saw apabila mendirkan shalat, beliau menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tempat sujud. H.R. Hakim. Pada waktu duduk tasyahud, beliau memberi isyarat dengan telunjuknya disertai dengan mengarahkan pandangannya kepada isyarat tersebut. H.R. Ahmad.

9. Tidak mengerjakan shalat ketika makanan siap saji. Rasulullah bersabda: “Tidak ada shalat ketika makanan telah dihidangkan” (H.R. Muslim). Hal itu dapat dipahami, karena orang yang shalat akan terganggu ingatannya menuju makanan yang dihidangkan itu.

10. Tidak mengerjakan shalat dalam keadaan menahan kentut, buang air kecil atau besar. H.R. Abu Daud menjelaskan bahwa Rasulullah Saw. menyuruh buang air dulu sebelum melakukan shalat. Bahkan andaikata pada saat shalat keinginan buang hajat itu muncul, maka hendaknya membatalkan shalatnya untuk segera buang air. Sabda Nabi Saw: Tidak ada shalat di hadapan makanan, dan tidak ada pula ketika berkeinginan buang air kecil atau besar”. H.R. Muslim.

11. Tidak mengerjakan shalat ketika mengantuk. Rasulullah bersabda: Apabila seorang di antara kamu mengantuk ketika mengerjakan shalat, hendaknya dia tidur dulu sehingga mengerti apa yang diucapkan. H.R. al-Bukhari. Hal itu terjadi biasanya pada waktu shalat malam atau shalat Shubuh. Khusyu’ tentu tidak dapat diraih ketika kantuk itu datang.

12. Tidak melakukan gerakan-gerakan diluar gerakan yang diajarkan dalam shalat, umpamanya merapikan pakaian, tempat shalat, mengaruk-garuk badan, menguap, meludah pada waktu shalat. Rasulullah bersabda: Janganlah kamu meratakan (membersihkan) tanah tempat sujud ketika shalat, namun jika mesti dikerjakan maka cukup satu kali saja”. H.R. Abu Daud. Juga kegiatan-kegiatan lain diluar gerakan shalat hendaknya dihindari, agar dapat berkonsentrasi pada bacaan-bacaan shalat.

Marilah kita belajar khusyu’ dalam shalat sehingga shalat kita memberikan arti bagi kita dan orang lain. Jangan sampai shalat kita hanya sekedar menjadi kegiatan rutin tak bermakna yang membebani setiap pelakunya. “Sesungguhnya shalat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (Q.S. al-Baqarah/2: 45). Mari kita jadikan shalat sebagai kegiatan rutin yang kita cintai, senang melaksanakannya, menghayati kandungannya, dan membawa pengaruh positif bagi kehidupan kita. Kita berlindung kepada Allah dari hati yang tidak khusyu’, lalai dalam shalat, dan sia-sia saja apa kita kerjakan. Naûdzu billâh.

sumber :detik.com


INDAHNYA BERGANTUNG PADA ALLAH
,

Allah itu maha. Maha kuasa, maha kaya dan segala maha ada pada-NYa. Jika allah berkehendak maka tak sesuatupun yang bakal menghalangi-Nya, bergantung kepada-Nya adalah hal yang paling indah dan sebaik-baik mengadu adalah mengadu kepada-Nya.

Sebagai istri dan ibu rumah tangga, urusan dapur bagi saya adalah menu utama. Apalagi dalam hadist rasul mengatakan bahwa hak suami yang harus dipenuhi oleh istri adalah menyediakan makanan untuknya. Untuk itu, setiap hari saya mencoba menghadirkan menu-menu makanan yang bergizi walau tidak dari bahan-bahan yang mahal, mengingat masih banyak kebutuhan hidup yang harus kami tanggung.


Hari ini adalah akhir bulan, saya check uang belanja. Masyaallah, cukupkah uang yang sedikit ini untuk makan hari ini? Saya membathin. Apalagi kami memiliki hewan piaraan seekor kelinci yang harus kami beri makan setiap hari, karena persediaan makanan untuk sicici (nama untuk kelinci kami) telah benar-benar habis. Sedang saya saat ini tengah hamil muda, yang senantiasa harus memakan buah-buahan untuk mengatasi mual dan muntah. “ya Allah apa yang akan saya sediakan untuk suami dengan uang yang sedikit ini?” keluh saya pada Allah. (memang saya tidak mengeluh sedikitpun pada suami perihal uang belanja, karena tak ingin menambah bebannya)

Dengan berbekal uang yang sedikit itu, saya nekad pergi kepasar dengan berjalan kaki, meski letak pasar lumayan jauh dari rumah, karena biasanya saya menggunakan jasa tukang becak untuk mengantar saya kepasar. Itung-itung anggaran untuk abang becak bisa untuk tambahan uang belanja.

Meski kurang sehat, karena hamil muda saya tetap nekad berjalan kaki. Namun allah memberikan pertolonganNya, saat itu kebetulan dijalan saya bertemu teman suami, dan dia menawarkan akan mengantarkan saya kepasar, karena kebetulan ia akan melewati pasar untuk sampai ketujuannya. Alhamdulillah...

Ketika sampai dirumah uang itu hanya bersisa Rp 3000,- memang saya sisakan untuk kebutuhan yang tak terduga. Saya pikir tak apalah saya tidak makan buah beberapa hari ini. Namun selesai saya membathin ada temen datang dengan membawa buah-buahan. Katanya khusus untuk saya yang sedang hamil. Alhamdulillah....... saya merasa sangat bahagia.

Demikianlah indahnya jika kita menggantungkan segalanya hanya pada Allah. Semua ini adalah bagian dari riski yang Dia berikan untuk kami. Meskipun terlihat tak seberapa, namun bagi saya itu adalah suatu anugrah yang luar biasa. Karena semua yang Allah berikan kepada manusia adalah anugrah yang tak ternilai, sedikit atau banyak bukanlah ukuran, namun yang dinilai adalah kemampuan manusia bersyukur atas pemberian Allah yang maha kaya.


HAK ALLAH ITU NYATA
,



Sarapan pagi adalah agenda rutin kami (saya dan suami) setiap pagi (sebelum ramadhan), asalkan pada hari itu kami sedang tidak melakukan shaum.

Jam menunjukkan pukul 07.30 WIB.
Tulittt....tulittt... terdengar suara rington handphone milikku. Setelah saya angkat, terdengar suara beberapa sahabat saya dikampung, memang saat ini kami sedang melakukan panggilan telephon secara paralel. Sarapanpun tertunda, karena kami asyik mengobrol menanyakan kabar masing-masing, sampailah kami pada pembahasan seorang sahabat akrab saya, sebut saja si A. Dikabarkan si A akan melamar gadis C. Padahal belum lama ini A sedang dekat dengan si B. Saya terkejut bukan main mendengar kabar tersebut.


Pembicaraan diteleponpun semakin seru, terdengar beberapa teman sedang sewot dengan kelakuan si A. Mereka dan sayapun membanding-bandingkan gadis B dan C. Karena kami merasakan bahwa si B adalah gadis yang sangat cocok dengan A dari segi usia dan sopan santunnya sebagai seorang muslimah.

Belum puas dengan membicarakan si A, saat kami lanjutkan sarapan pagi, saya mencoba melontarkan pertanyaan kepada suami saya perihal kelakuan si A yang grasa-grusu dalam memilih jodoh. Namun jawaban yang diberikan suami saya benar-benar membuka kesadaran saya.

“Bi, masak A mau melamar C kan si B lebih cocok dan juga seorang muslimah yang santun”. Kata saya pada suami.
“umi ini bagaimana sih, kok jadi sok tahu githu! Baik dan cocok menurut umi belum tentu baik dan cocok disisi allah, kalau kita kembalikan kepada allah pasti semua ada hikmahnya” begitulah kata-kata suami yang membuat saya sadar bahwa saya masih terlalu jauh untuk berpikir bahwa hak allah itu nyata.

Jangankan mereka yang masih melakukan taáruf, yang sudah bertunangan atau dikhitbah aja bisa retak dan gagal untuk sampai kepernikahan. Allah maha tahu.
Memang manusia boleh berencana dan merencanakan, tapi allah jualah muara akhir dengan segala kehendakNya.

Demikianlah kita, kadang terlalu mudah memutuskan perkara atau suatu hal yang kadang jauh diatas kemampuan cara berpikir kita. Seperti halnya panas, hujan, mendung dan berbagai macam keadaan yang kadang tak sesuai dengan apa yang kita harapkan, senantiasa membuat kita berkeluh kesah dengan persaan yang resah. Padahal allah menyembunyikan hikmah bagi orang yang qonaah dalam menerima takdir allah dan sepatutnyalah kita berserah diri kepada allah. Karna hak allah itu nyata.


RAMADHAN YA RAMADHAN
,

Welcome to ramadhan.
Jangan lewatkan; obral pahala besar-besaran. Discon dosa sampai dengan 99,99%

plus doorprize "lailatul qodar" hanya 30 hari.
selamat jalanin puasa.