Aku Takut Kerja
,


Tidak sedikit dari teman sesama wanitaku yang mengeluh dan ingin memiliki karier dengan gaji yang lumayan. Ada yang mengeluh kok belum diterima kerja! Tidak ada lowongan kerja! Sampai yang tidak lulus CPNS. Kelihatannya mereka sangat susah dan sudah sangat menggebu untuk berkarir keluar rumah, mencari lembaran rupiah yang tentunya untuk kenyamanan hidup. Keinginan seperti ini sangatlah wajar, karena model dunia saat ini yang menuntut banyak materi. Cari uang bukan sekedar untuk makan.


Tidak berbeda dengan ibuku dan juga ibu mertuaku. Beliau-beliau begitu ingin melihat aku memakai baju seragam, entah itu sergam kantor swasta ataupun seragam milik pemerintah. Entah sudah berapa kali beliau-beliau ini mengingatkan aku untuk mencari pekerjaan sendiri. Berpenghasilan sendiri untuk membantu keuangan keluarga. Yach....itupun tak sepenuhnya salah.

Siapa yang tak ingin memiliki kendaraan yang bagus, membelikan mainan anak yang banyak dan aneka rupa, menyantap makanan yang berlain-lain menu setiap harinya, memiliki berlembar-lembar gaun yang indah dengan aneka warna dan sebagainya. Siapa yang tidak ingin. Ini adalah manusiawi, asal tidak berlebih-lebihan. Jika sudah begini, maka uang-lah yang berbicara.

Seorang istri boleh saja bekerja, asal ia mendapatkan izin dari suaminya dan tidak lupa akan tugas-tugasnya yang utama. Yakni anak dan keluarga.

Sedangkan prinsip aku dan suami sama. "Selagi suamiku bisa mencukupi keluarga, maka ia takkan rela melihat aku keluar rumah dan meninggalkan anak-anak." Dan mudah-mudahan allah meridloi dan mempermudah jalan rizki suamiku.

Bukankah dalam islam sendiri telah diatur sedemikian rupa, dan tidak memberatkan salah satunya, baik perempuannya ataupun laki-lakinya. Dengan kemampuan dan kekuatan yang lebih, Allah membebankan urusan nafkah (mencari uang) ada pada laki-laki. Sedangkan perempuan, dengan kelemah lembutannya ia mendapati tugas yang sesuai, mengurus anak-anak dan rumah (bukan berarti juga istri layaknya pembantu). Pekerjaan-pekerjaan rumah bukanlah kewajiban istri, akan tetapi allah menjajikan fahala yang banyak jika ada istri-istri yang yang melakukannya dengan ikhlas.

Ketika sekitarku, para wanita berlomba menambah penghasilan, tidak dengan diriku. Walau kadang sifatku sebagai manusia sekaligus wanita yang digambarkan selalu banyak keinginan muncul juga dan mulai merayu-rayu otakku untuk berkarir. Namun jauh dilubuk hatiku, aku tidak ingin membiarkan anakku menangis dalam dekapan orang lain. Ketakutan yang amat juga menyerangku, aku takut jika aku bekerja, aku tidak bisa sempurna dalam melayani suami. Lagi pula, jika aku bekerja maka aku akan memiiki dua jenis pekerjaan, kantor dan rumah. Aku juga takut, jika aku kecapaian, akan timbul rasa ketidak-adilan dan rasa tidak puas akan hasil kerja suami. Kehawatiran-kekhatiran inilah yang membuat aku terus bertahan menjadi istri dan ibu yang utuh dan membiarkan bayangan-bayangan kenikmatan materi mengabur dengan sendirinya.



0 komentar: