Senengnya bisa ngeliat ibukota negri aceh ini. Sebenernya bukan jalan-jalan seh, kebetulan aja ada undangan dari kawan, jadi sekalian jalan-jalan. Daerah bekas Tsunami ini tetep terlihat anggun dan mempesona meski kerap terlihat bangunan-bangunan yang belum jadi masih menjejali setiap mata memandang.
Dengan perasaan bahagia, Dede, Mas dan Faathir memenuhi undangan tersebut. tapi itulaaaah....,tak dinyana bencana itu datang. Entahlah, sore ini ummie sangat sedih, bahkan sampai menangis. Ummie hanya menangisi kebodohan dan ketidakberdayaan ummie sendiri. Sebenarnya jika ummie kuat dan berani mengutarakan isi hati, maka hal seperti ini takkan pernah terjadi. tapi ummie hanya mampu berbisik pada buah hatinya, permata, buah cintanya yang selalu ia bawa kemananpun pergi alias masih dalam kandungan "Faathir sayang dah sholat kan? ummie ama abie kehilangan ashar. Faathir ngga' kan? ummie tahu kok kalo Faathir selalu berjamaah. Pasti tadi jamaah di masjid raya, iya kan?" kusadari airmataku menetes, namun segera kuusap. Hanya harapanku saat ini semoga hal seperti takkan pernah terulang lagi. apa gunanya tertawa-tawa bahagia jika sebenarnya itulah siksa. semoga saja Allah yang maha mengetahui dan yang maha pengampun mengampuni dosa-dosa kami.