konsep sholehah itu ternyata......
,


Sore itu waktu ashar sudah pada waktu wushtho (waktu pertengahan)dan mulai merangkak pada akhir waktu sholat ashar. Kulihat suamiku masih duduk bersandar di dinding dan belum menuaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, Mas (suami) belum sholat. Sebagai seorang istri sekaligus pendamping, entah sudah berapa kali aku mengingatkannya.

Kelihatannya beliau sangat letih dan capai, namun mengingat Mas belum menunaikan sholat ashar, kesabaranku mulai berkurang, dengan sedikit kasar aku mengingatkanya kembali. Tiba-tiba kulihat roman wajahnya berubah menjadi muram, tetapi aku tak menghiraukannya. Kuteruskan menyapu lantai dengan hati sedikit dongkol. Bukan apa-apa, aku hanya ingin melihat Mas (suamiku) melakukan sholat tepat pada waktunya, lebih-lebih jika beliau mengerjakannya diawal waktu, karna itu adalah waktu istimewa.


Sabda Rasulullah saw. :"Rahmat Allah keatas wanita yang bangun malam dan sholat, lalu membangunkan suaminya dan ikut sholat. Apabila suaminya enggan, maka ia percikkan air dimukanya." (Ahmad,Abu Dawud).

Urusan saling mengingatkan adalah tugas seluruh muslimin muslimat, siapapun mereka , lebih-lebih jika mereka adalah pasangan suami istri. Syaikh Abdul Halim Hamid menulis bahwa salah satu kerja sama yang sangat penting yang dianjurkan oleh islam kepada suami istri muslim adalah kerja sama dalam jihad fi sabilillah, dakwah dan tablig. Sehingga seorang istri berhak memberikan masukan agama kepada suaminya. Sebagaimana Ummu Salamah memberikan pendapatnya kepada suaminya yaitu Rasulullah saw. dalam perjanjian Hudaibiyah.

Allah berfirman : "Dan orang-orang beriman , lelaki dan wanita, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menuaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (At-Taubah : 71).

Usai sholat maghrib, seperti biasanya kami melanjutkan mendaras Al-qur'an, kemudian barulah kami bersantap malam. Lagi-lagi kuperhatikan wajah suamiku muram dan kurang bersemangat. Aku mencoba bertanya, apa gerangan yang membuatnya bermuram durja?

Sebagaimana janji kami dulu, bahwa kami akan bersikap terbuka dalam hal apapun. Maka Mas menuturkan bahwa ia sangat sedih karena tadi sore aku mengingatkanya dengan nada sewot dan tanpa senyum. Aku tersadar dari kealpaanku. Aku adalah seorang istri yang harus senantiasa memberikan rasa nyaman dan keteduhan dihati suamiku. Aku hilaf. Aku begitu menyesalinya, sangat menyesalinya, hingga entah sudah berapa puluh kali kata maaf keluar dari bibirku agar suamiku kembali ridlo kepadaku, karena ridlonya adalah ridlo Allah jua.

Sabda Rasulullah saw. :"Tiga macam orang yang sholatnya tidak akan diterima dan tidak sampai kebaikan mereka kelangit (tidak mendapatkan pahalanya), yaitu; Hamba sahaya yang kabur dari tuannya, sehingga ia kembali pada tuannya, seorang istri yang dimarahi suaminya, sehingga ia meridloinya, dan seorang yang mabuk sehingga ia sadar.". (Ibnu Hibban, Baihaqi)

Alhamdulillah suamiku telah memaafkanku dan kemudian kami melanjutkan hidup dengan penuh kebahagiaan. Namun penyesalan tetap ada jika aku teringat kembali akan hal itu. kehidupan terus berlanjut, mari kita menjadi istri-istri yang menjadi peneduh dan pemberi rasa nyaman bagi suami dan anak-anak kita. Amien.


Khadijah Permata adalalah rangkaian doaku
,


Khadijah Permata adalah nama putri pertamaku, buah cintaku dengan mas. Nama ini telah aku persiapkan jauh-jauh hari sebelum kehamilannya.
Khadijah adalah sosok wanita suci dari bangsawan quraisy. Beliau adalah wanita cantik, cerdas,kaya, terhormat, dan beliau terkenal sebagai wanita yang berakhlak mulia. Khadijah pulalah yang pertama kali mengakui ajaran nabi Muhammad SAW

Beliau juga sesosok istri sholehah yang patut diteladani. Khadijah selalu ada untuk nabi dalam situasi dan keadaan bagaimanapun. Oleh karenanya nabi senantiasa menyebut-nyebut namanya serta memberitahukan bahwa wanita penghuni surga yang pertama kali adalah Maryam dan Khadijah.

Sedangkan permata adalah batu mulia yang diciptakan Allah. Bagaimana dan dimanapun keberadaannya ia tetaplah benda mulia Meski terdapat di dalam lumpur, maka ia akan tetap bersinar dan berharga. Khadijah itu laksana permata berkilauan sehingga sampai kini beliau tetap menjadi profil wanita sholehah idola setiap wanita yang beriman.

Harapanku, semoga Khadijah Permata (Tata)kelak menjadi anak yang sholehah seperti permata yang bersinar meski dia hidup pada zaman yang sudah edan ini.

Hanya Ada Satu Ibu
,


Ibu Jepang dianggap ibu terbaik karena sepenuh harinya tercurah untuk membesarkan anak. Istri yang mengorbankan karier memilih tugas domestik saat anak masih perlu di dekatnya dinilai ibu yang bijak.

Bagi anak, tak cukup hanya ibu bijak. Tak cukup hanya bisa menyusui. Sebagai ibu, perlu punya lebih dari hanya naluri (nature). Supaya anak yang dibesarkan berkualitas, peran sebagai ibu perlu diisi (nurture). Adagium hari depan bangsa di tangan ibu masih belum berganti. Sedang anak tak mungkin memilih siapa ibunya.

Mandat di pundak ibu

Beratnya ibu karena di tangan ibu bakal seperti apa anak akan menjadi. Setiap ibu memikul mandat membesarkan anak agar menjadi berkualitas. Anak mewarisi bibit unggul saja belum jaminan anak menjadi insan berkualitas kalau saat kehamilan tak dirawat, persalinan tak lancar, dan tak cukup diberi gizi. Setiap ibu perlu muatan semua bekal itu.

Sayang, tidak setiap ibu mumpuni sebagai ibu. Kesehatan berkorelasi dengan pendidikan. Bagaimana perut anak bakal sehat sampai dewasa kalau bayi belum cukup umur selain susu, bayi sudah diberi macam-macam karena ibu tidak tahu. Bagaimana otak anak bisa tumbuh optimal kalau ibu tidak tahu tak ada kesempatan kedua mencukupi protein buat otak sebelum anak berumur dua tahun. Siapa memberi tahu ibu bagaimana membesarkan anak secara benar?

Selain ketidaktahuan, membiarkan mitos dan takhayul berkembang menjadikan ibu keliru membesarkan anak. Bayi lahir cacat hanya karena kurang vitamin, bentuk malapetaka bangsa. Vitamin B6, asam folat, zat besi, misalnya, sebetulnya murah dan terjangkau. Tapi ibu tak tahu kalau itu sampai terjadi bikin bayi sumbing, atau tabung saraf tulang belakang tak menutup.

Bayi lahir cacat bukan sumber daya manusia berkualitas. Ibu hamil anemia yang sebetulnya juga tak perlu terjadi, merongrong kehamilan, persalinan, mengancam nyawa dan kualitas anak yang dilahirkan. Ongkos ketidaktahuan seperti itu harus dibayar mahal.

Lebih mahal lagi kalau anak salah asuh salah didik. Anak yang setelah dewasa menyimpang pikir, rasa, dan lakunya karena ibu (orangtua) salah membentuknya. Anak yang terbiasa dipukul kelak akan menyelesaikan urusan dengan cara memukul (”pukul dulu, urusan belakangan”).

Atau anak yang dari kecil sering dicela menjadi dewasa yang rendah diri. Anak yang kecilnya ditekan akan beringas dan agresif. Anak yang dibesarkan salah persepsi seksualnya, berisiko dewasa yang berdeviasi seksual. Sekadar keliru mendidik anak balita buang air (toilet training) saja pun berpotensi menyisakan trauma seksual berkelanjutan.

Maka kalau lahir generasi yang ”sakit”, hampir pasti karena dibesarkan oleh ibu yang kebanyakan ”tidak sehat”. Ibu ”tidak sehat” kebanyakan lebih sebab ketidaktahuan. Termasuk ibu tidak memikirkan dirinya sendiri. Sakitnya ibu bikin pincang roda keluarga. Untuk menjadi ibu yang mumpuni, tak perlu sekolah dokter dan menjadi ahli psikologi.

Sekolah menjadi ibu

Pendidikan kesehatan sekolah kita masih minim. Selain belum mencerdaskan hidup sehat, belum pula memberdayakan anak perempuan mampu melakukan peran sebagai ibu yang mumpuni. Kesan saya (dari memberikan seminar kepada ibu-ibu muda, dan mengasuh rubrik kesehatan di media) wawasan sehat para ibu tahun 1980-an tak jauh beda dengan ibu sekarang. Masih ada ibu level sarjana yang percaya telur bikin anak bisulan, atau beranggapan bayi sehat itu bayi yang montok, makan ikan bisa cacingan.

Lebih menyedihkan karena kegiatan posyandu sudah kendur. Dulu ompongnya pengetahuan kesehatan ibu masih ditambal oleh kehadiran posyandu. Ancaman kecacatan, penyakit, dan gagal tumbuh kembang anak yang tak perlu terjadi masih bisa dihindarkan.

Selain sudah tak ada posyandu, tidak semua ibu membaca. Televisi dan radio juga tak penuh menambah wawasan sehat ibu. Solusi masalah besar kesehatan kita lebih pada memberdayakan rakyat. Lebih pada membangun kesehatan dasar (primary health care). Bagaimana sejak di hulu rakyat diberdayakan tidak sakit, agar di hilir anggaran tak habis buat belanja obat. Termasuk memberdayakan ibu sejak masih di hulu.

Para calon ibu disiapkan melakukan eloknya peran. Ini bagian kegiatan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan yang terkait dengan itu. Saatnya pembangunan dirancang berwawasan ibu. Mungkin diperlukan sekolah, kursus, atau apalah yang mempersiapkan setiap perempuan mumpuni sebagai seorang ibu.

Bukan saja urusan anak, kualitas keluarga juga di tangan ibu. Nasib kesehatan keluarga ditentukan oleh meja makan ibu. Kemampuan ayah dan anak kelak membatalkan kejadian terserang jantung atau stroke juga ditentukan oleh isi meja makan ibu. Betapa sentral peran ibu bagi keluarga dan bangsa. Ibu yang menuliskan garis tangan hari depan anak. Elok tidaknya hari depan anak tergantung seberapa abai negara memberdayakan setiap perempuan siap melakukan peran mumpuni sebagai ibu. Hari ini belum terlambat kita merenungkannya, lalu melakukan sesuatu. Anda betul. Hanya ada satu ibu.

http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/22/04520780/Hanya.Ada.Satu.Ibu">

Tata Lagi Ceumeukoek
,


Coba lihat! Betapa dia aktiv, dialah khadijah permata, putri kami. Sebuah anugrah sekaligus amanah yang luar biasa dari Allah untuk kami.
Semoga nantinya Tata menjadi anak yang sholehah yang dapat menuntun kami sebagai orang tuanya kejalan syurga. Amin.

Tata Nangis
,



Kok nangisssssssss, kenapa sayang?