Seperti Gadis
,


Seperti biasanya aku dan Mas pergi kepantai pada sore hari, yach........ sekadar menghilangkan suntuk karena seharian di rumah. Lagian pantai itu hanya di belakang rumah kami saat ini. Pantai Pidie namanya.

Ceritanya sore itu aku berjalan sendiri diantara bebatuan untuk mencari batu yang pas untuk bisa diduduki kami bertiga (Aku, Mas dan bidadari kecilku). Sedangkan suamiku tercinta berjalan dibawah batu-batu itu, tepatnya di pasir-pasir tepi air. Aku melenggang santai diantara orang-orang yang sedang bersantai. Saat itulah aku mendengar suara yang telah lama asing di telingaku. Mestinya sejak kehamilanku setahun yang lalu. Yang satui berkaos merah dan satunya lagi berbaju kuning.

" Adek?........Adek!"

"Kemana dek?!"

Aku hanya menoleh tanpa ekspresi.

"Dek hai, kemana dek?"

Dia mempertegas lagi ucapannya dengar harapan aku menyahutnya. Aku tak menyahut, namun kulemparkan senyumku dengan tujuan agar aku tidak terkesan angkuh dimata mereka. (Pasti mereka mengira aku masih gadis. Hihihi........padahal sudah beranak satu) :))

Beberapa detik kemudian aku mendapat batu yang tepat, disusul oleh suamiku dengan bidadari dalam gendongannya. Tanpa ba-bi-bu aku langsung cerita sama Mas tentang kejadian barusan. Mas melihat orang tersebut,. Hanya ingin tahu mana orangnya, tak lebih. Kemudian aku ikut menolehnya. Eh...... mereka dah kabur! Malu kali yeee???

"Emang enak suka godain cewek????????"

Masa Depan Crazy
,

Pernah nonton film ini? Lucu, bodoh, tolol, konyol dan idiot adalah kesan dari cerita yang disuguhkan. Sungguh khayalan tinggkat tinggi yang diperlukan guna menghasilkan karya energik seperti ini. Sebuah karya nyata yang menggambarkan kehidupan 500 tahun yang akan datang. Bisa jadi imajinasi ini akan menjadi kenyataan, dimana orang-orang tak lagi mampu berfikir dengan baik, yang ada hanyalah fikiran kesenangan tentang seks, seks, seks dan seks.


Malah saya sempat berfikir , beberapa puluh tahun mendatang ketololan dan kebodohan dalam film ini menjadi kenyataan. Nauzubillahi min dalik..........semoga tak akan pernah terjadi.


Bagaimana tidak, jika akhir-akhir ini saja sering kita baca atau kita dengar atau bahkan kita melihat, anak-anak telah mengenal seks, tidak hanya dalam teori namun telah mempraktekannya. Nauzubillah...


Masih ingat dengan bocah inggris yang dalam usia sebelas tahun telah menjadi seorang ayah, bukan dari hubungan pernikahan melainkan hanya seorang pacar. Bagaimana jaman kedepan jika anak-anak seusianya yang harusnya waktunya dihabiskan untuk menimba ilmu malah enak-enakan menikmati hidup semu. Bekal apa yang telah dimilikinya (tanpa maksud menyinggung siapapun), dengan apa anak-anak ini akan menghidupi bayi-bayinya. Belum lagi keterampilan apa yang bisa di andalkan olehnya.


Kalau di barat mungkin hal seperti ini sudah lazim mengingat gaya hidp mereka yang bebas. Namun bukan tidak mungkin hal ini terjadi pada masyarakat kita yang nota bene bangsa yang beradab. Tapi jangan salah, baru-baru ini saya membaca media yang memberitakan siswa SLTP yang berlainan jenis sedang enak-enakan dikamar. Yang lebih heboh lagi ( Masih anak-anak SlTP) malah di daerah Aceh yang nota bene berhukum islam, mereka asyik beradegan mesum didepan teman-temannya, di rekam lagi. Bisa jadi mereka adalah sosok yang katahuan publik. Entah berapa banyak lagi kasus seperti ini yang dimainkan sembunyi-sembunyi. Saya tak mampu berfikir lagi bagaimana kehidupan di masa depan.

Mereka Mengklaim ''inilah kecanggihan''. Kecanggihan dan kemodernan dimata mereka adalah berani bertindak ekstrem yang selama ini masih ditabukan, doyan barang haram, alkohol bak air putih bagi mereka dan masih banyak lagi simbol-simbol kemodernan yang mereka banggakan. jika hal-hal bodoh yang tidak pantas mereka lakukan disebut kecanggihan dan kemodernan. Yang akhirnya membuat mereka melupakan apa yang seharusnya mereka kerjakan yakni belajar dan usaha sungguh-sungguh. Jika mental anak-anak kita mulai digerogoti sedemikian rupa, bukan tidak mungkin beberapa puluh tahun berikutnya masa depan adalah masa depan yang penuh dengan orang-orang bodoh dan tolol.

Mungkin jumlah mereka (yang sok modern) ini tidak begitu besar, Tapi bisa dikatakan mereka ini virus. Jika dibiarkan maka ia akan meraja lela. Lalu mau jadi apa banggsa ini? dunia ini?


Dalam kondisi yang seperti ini, lantas siapa yang paling bersalah dan siapa yang pantas di salahkan?
Apakah siaran televisi yang terlalu vulgar yang serialnya banyak mengekspos kisah cinta-cintaan?
Apakah karena arus tehnologi informasi yang semakin luas, deras dan tak terbendung?
Apakah sistim pendidikan negeri ini yang jauh dari prinsip islam?
Apakah karena pengawasan orang tua yang kurang?
Karena masih ada saja orang tua yang bangga jika setiap malam minggu anaknya memiliki tamu.

Kita tak tahu pasti dimana letak salahnya?
Kemudian yang menjadi pertanyaan saya, bagaimana masa depan mereka anak-anak kita, anak-anak dunia? Apakah mereka akan menghadapi masa yang seperti di hayalkan oleh pengarang film idio crazy. Nauzubillah.......