Doa Cinta Kita
,


Mas... dua tahun sudah kita lewati bahtera ini (Masih seumur jagung memang........). Dalam luasnya samudra, kita pernah merasakan bagaimana ombak-ombak dan riak gelombang mempermainkan bahtera kita, membuat perjalanan kita sedikit terganggu. Namun semua itu tidaklah berarti karena udara kemaafan yang senantiasa engkau tebarkan menjadikanku begitu nyaman berada disampingmu, mendampingimu.

Dengan luasnya maaf yang engkau tawarkan, aku mulai sadar. Bahwa menjadi seorang Khodijah, seorang Fathimah, Seorang Asyiah ataupun Aisyah, sangatlah tidak mudah. Terlalu mahal! Karena aku tak cukup memiliki lembar-lembar uang keiklasan untuk membelinya. Aku hanyalah perempuan yang sangat biasa dan tak memiliki keistimewaan apapun, terlalu banyak menuntut hingga membuatmu kelelahan dengan segala keinginanku. Tapi ketahuilah oleh mu mas.........dalam libuk hatiku yang paling dalam, aku begitu ingin meniru sosok-sosok perempuan hebat itu. Selalu mengabdi pada Allah dan mengabdi padamu.

Untuk itu, di hari ulang tahun pernikahan kita yang kedua (29 Desember/19 Dzulhijjah). Aku coba pohonkan pada Allah rangkaian keinginanku dalam wujud doa. Doa yang senantiasa orang-orang panjatkan untuk memulai hidup baru. Semoga Allah mengijabahi pintaku, pinta kita. Aamiin.

Ya Allah,
Andai Kau berkenan, limpahkanlah rasa cinta kepada kami,
Yang Kau jadikan pengikat rindu Rasulullah dan Khadijah Al Qubro
Yang Kau jadikan mata air kasih sayang
Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra
Yang Kau jadikan penghias keluarga Nabi-Mu yang suci.

Ya Allah,
Andai semua itu tak layak bagi kami,
Maka cukupkanlah permohonan kami dengan ridlo-Mu
Jadikanlah kami Suami & Istri yang saling mencintai di kala dekat,
Saling menjaga kehormatan dikala jauh,
Saling menghibur dikala duka,
Saling mengingatkan dikala bahagia,
Saling mendoakan dalam kebaikan dan ketaqwaan,
Serta saling menyempurnakan dalam peribadatan.

Ya Allah,
Sempurnakanlah kebahagiaan kami
Dengan menjadikan perkawinan kami ini sebagai ibadah kepada-Mu
Dan bukti ketaatan kami kepada sunnah Rasul-Mu.


Ya Allah…
Indahkanlah rumah kami dengan kalimat-kalimat-Mu yang suci. Suburkanlah kami dengan keturunan yang membesarkan asma-Mu. Penuhi kami dengan amal shaleh yang Engkau ridhai. Jadikan mereka Yaa…Allah teladan yang baik bagi manusia.


Ya Allah…
Damaikanlah pertengkaran di antara kami, pertautkan hati kami, dan tunjukkan kepada kami jalan-jalan keselamatan. Selamatkan kami dari kegelapan kepada cahaya. Jauhkan kami dari kejelekan yang tampak dan tersembunyi.


Ya Allah…
Berkatilah pendengaran kami, penglihatan kami, hati kami, suami/isteri kami, keturunan kami dan ampunilah kami. Jaikanlah kami termasuk golongan orang-orang mukmin.


Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Amiin…

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: “Diperlihatkan neraka kepadaku. Ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah para wanita itu kufur kepada ALLOH?” Beliau menjawab : “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka satu masa, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata : Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu.” (HR. Al- Bukhari )

Na’udzubillahi min dzalik. Semoga hal seperti ini dapat aku jauhi, dukung aku mas untuk menjadi istri yang baik bagimu.

SELAMAT ATAS HARI PERNIKAHAN KITA
DI TAHUN YANG KE II

Yang selalu menyayagi dan mencintaimu karena allah: Istrimu, Faridah.

Religiusitas Menurun
,


Engkau selalu mendendangkan Al-qur'an, kitab sucimu. Engkau yang tak selalu malas bangkit dari tidur pulasmu demi mendekat kepada Rabbmu ditengah malam, disaat-saat orang-orang lalai dalam buaian mimpi. Engkau mendekat dalam sujud-sujudmu. Engkau pergi dalam keadaan suci hadast. Karena dalam saku baju selalu engkau letakkan al-furqon. Apalagi yang wajib, selalu engkau tunaikan dengan sesama umat mukmin untuk senantiasa meramaikan rumah Allah, masjid.

semua itu aku dengar melalui suara burung-burung yang memuji ketaatanmu pada sang khaliq. Aku terpana! Seorang yang berparas tampan, berpendidikan tinggi, anak orang berpunya. Namun tak terdapatkan sesuatu yang cacat padamu. Atau aku yang dungu, sehingga terlalu memujimu dan meletakkanmu sebagai seorang yang istimewa.

Aku tak menghujat sang pencipta. Aku hanya miris melihat dirimu yang mulai lalai. Lalai dalam berjamaah, lalai dalam menyenangi ayat-ayat-NYA, lalai dalam mengingat waktu sholat ( kecuali bila telah tampak olehmu pertanda waktu sholat hampir habis), dan lalai dalam hal ubudiyah.

Allah berfirman: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu!"

(Surah Az-Dzariyat:Ayat 56


Aku menyadari! Aku juga tidaklah lebih baik dari dirimu, Tapi siapa yang tidak bahagia jika orang yang ia istimewakan benar-benar seorang yang istimewa. Akupun demikian menginginkan hal itu. melihat orang yang kita panuti tidak berlalai-lalai.

Biarlah semua berjalan begitu saja. Hanya doa yang aku tujukan pada Allah, semoga DIA membuka dan melembutkan hatimu, kembali seperti dahulu.

Aku juga berharap semoga kedunguan-kedunguanku dengan segala emosi yang mengundang syetan untuk berpesta pora segera berakhir. Dan damai itu tetap yang terindah.

Mas Dan Aku Yang Kurang
,


Suara derap langkah kudengar menaiki tangga menuju lantai dua, dimana aku dan putriku sedang tertidur. Aku tahu itu suara langkah Mas, suamiku.
"Ah Mas sudah naik". Pikirku

Langkah itu semakin keras terdengar, dan aku semakin yakin kalau itu Mas. Pasti Mas akan membuka tirai pintu itu dan akan tersenyum melihat aku dan buah hati kami sedang tertidur pulas. Senyum damai seorang ayah. Tapi sayang langkah itu terhenti sejenak di ruang kerjanya. Usai utak-atik komputernya, benar.... dia sambangi kami, orang-orang tercintanya. Kurasakan suaranya halus hampir mendekati telingaku
"Maa...... Ayah baru pulang, nih ada jeruk sebiji........"
Aku tersenyum melihatnya begitu semangat merogoh sebuah jeruk yang ia bawa dari tempat ia kerja. Aku bangun dan ingin mengambil jeruk itu. "Ah............." aku bermimpi! Ternyata kebahagiaan yang baru saja kurasakan hanya mimpi, akan tetapi terasa begitu nyata. Kenapa aku bisa berhalusinasi?

Aku bangkit dan segera mengusap wajah. Kupandangi jam dinding. Pukul 23.06 WIB. Aku mendesah. "Kok mimpi kayak gini!" Pikirku, padahal kejadian-kejadian mesra seperti ini tidaklah asing bagiku. Karena hampir setiap saat Mas senantiasa memberiku kejutan-kejutan kebahagiaan yang selalu membuat aku merasa sebagai orang yang paling ia cinta. Aku terpekur! Tetesan hangat mengelus pipiku perlahan, begitu lembut. Aku menangis, Yach........aku menangis.

Usia pernikahanku belumlah genap dua tahun, sembilan hari lagi! Ya...ulang tahun perkawinanku sembilan hari lagi memasuki angka kedua. Aku bahagia sekali. Aku telah mempersiapkan sesuatu untuk hari jadi itu. Bukan pesta layaknya orang-orang kaya. Aku hanya ingin merayakannya berdua saja! Mungkin bergurau dengan memutar ulang rekaman kebahagiaan kami pada awal-awal pernikahan untuk kemudian saling mengoreksi kekurangan diri masing-masing.

Tapi entahlah.......... menjelang angka ke-2 itu aku merasakan hal-hal aneh sedang menimpa hubunganku dengan Mas. Beberapa minggu yang lalu ia mulai meninggalkan kopi yang aku seduh, sengaja atau lupa, Mas meninggalkan kebiasaanya minum kopiku. Kemudian berubah lagi, sibuk dengan game-game onlainnnya. Dan kali ini ia tampak sibuk sekali dengan pekerjaanya. Mungkin aku yang terlalu berlebihan, bukankah kesibukannya dalam bekerja adalah untuk aku dan putriku.

Aku terus menimbang-nimbang apa kesalahanku? Seandainya akun tanya para istri-istri, "hal apakah yang paling diinginkan seorang istri atas suaminya?" Mungkin jawabannya akan serupa denganku "Selalu ada dan dekat! Disaat-saat waktu luangnya senantiasa bercengkrama dengan istri dan anak-anak."

Sejenak anganku melayang, apa memang seperti ini rasanya...... jika sang suami hanya sibuk dengan pekerjaanya. Dia ada hanya saat makan dan tidur, tak lebih dari itu. Kalau memang sesepi ini?, pantas saja kalau di sinetron-sinetron itu sang istri mencari-cari kesibukan agar tidak jenuh berada dirumah yang nota bene begitu-begitu saja dan itu-itu saja. Ah......... aku ngelantur!
"Astaghfirullahal adhim" Sesegera mungkin kubuang jauh-jauh pikiran buruk itu. Aku tak ingin terpuruk dalam keadaan yang sudah gamang ini.

Entah cintanya mulai pudar atau aku yang menuntut terlalu berlebihan sehingga selalu merasa kekurangan. Aku juga tak mengerti atau hal ini lumrah dalam sebuah perkawinan? Atau mungkin aku yang belum mampu adaptasi sepenuhnya dengan keadaan suamiku dan pekerjaanya? atau perbedaan prinsip yang membuat semua ini terjadi? Entahlah......................... tetesan hangat kembali menyapu pipi ini. "Sudahlah......... aku juga tak berhak membatasi apa-apa yang membuatnya bahagia. Maafkan aku Mas????????? Aku yang selalu merasa kekurangan dan tak sempurna untukmu.

Dengan begini, aku mulai sadar. Bahwa menjadi seorang Khodijah, seorang Fathimah, Seorang Asyiah ataupun Aisyah, sangatlah tidak mudah. Terlalu mahal! Karena aku tak cukup memiliki uang-uang keiklasan untuk membelinya. Aku hanyalah perempuan yang sangat biasa dan tak memiliki keistimewaan apapun, terlalu banyak menuntut hingga membuatmu kelelahan dengan segala keinginanku.

Yang Menyayangimu: Istrimu

GEJOLAK
,


GEJOLAK!!!

Apa sih arti sebenarnya dari gejolak ini, aku sendiri kurang mampu menterjemahkan layaknya seorang penulis terkenal. Yang aku tahu gejolak itu awal sebuah masalah yang membuat hidup sedikit berombak dan sulit untuk dilewati, atau mungkin aku terlalu berlebihan?

"Hidup adalah rangkaian masalah "begitulah kata bapak dosenku kala itu. " Setiap masalah harus dihadapi". Gejolak ada di setiap masa, baik masa kanak-kanak, remaja, dalam sebuah pernikahan bahkan sampai usia senjapun gejolak akan tetap ada.
Dan gejolak itu ada saat ini.

Kadang aku iri dengan ucapan ustadz Mansyur yang ahli sedekah itu. Pernah beliau tuturkan saat pengajiannya yang membahas tentang sebuah keluarga yang tajir dan sakinah, beliau ceritakan bahwa keluarganya dalam sembilan tahun menapaki hari, belum pernah ada gejolak.

Berbeda pendapat adalah warna dunia. Semakin banyak perbedaan pendapat maka dunia pun menjadi berwarna-warni. Indah bukan? Bahkan nabi Muhammad SAW mengatakan dalam hadistnya
” Perbedaan pendapat dari Ummatku adalah Rahmat “. Sayangnya hadist ini dalah hadist yang dho'if /lemah, sehingga tidak dapat dijadikan pegangan yang kuat.

Dan biasanya gejolak-gejolak itu akan hadir dengan didahului oleh perbedaan pendapat. Sedangkan pendapat-pendapat itu sesuai dengan ilmu dan pengalaman hidup setiap orang. Tak usahlah dalam lingkup yang besar. Dalam sebuah kelurga saja yang hanya terdiri dari beberapa orang, sang gejolak juga akan singgah-menyapa dan menyalami mereka satu persatu, malah kadang ia meminta seorang darinya menemaninya sejenak minum teh di teras rumah. Ini pertanda yang tak baik! Tapi itulah......... kadang baik menurut kita, namun menjadi petaka bagi orang lain. "Hidup adalah pilihan" begitu kata suamiku. Lantas apakah gejolak juga menjadi pilihan? Kurasa tidak! Tapi jika aku dipaksa untuk memilih aku akan memilih, karena hidup adalah pilihan.

Gejolak aku telah menerimamu sebagai tamuku belakangan ini. Aku tak ingin menyambut dan menyalamimu, apalagi minum teh hangat bersamamu! Karena itu membuat hatiku sakit. Tapi aku tak punya pilihan, engkau lebih dulu datang sebelum aku menutup pintu rumahku.

"Baiklah aku temanimu minum teh, tapi kuharap engkau segera meninggalkan aku, keluargaku dan rumahku. Tapi jangan sekali-kali kau memintaku menemanimu menuju pasar masalah. Cukup bagiku kau datang dan menyeruput teh bersamaku. Pergilah! Pergilah wahai gejolak! Biarkan tamu damai menyambangi aku, menginap dirumahku dan memberikan lampu senter kebahagiaan yang ia miliki untuk aku dan keluargaku, hingga malam yang gulita menjadi terang laksana siang".

Hidup adalah masalah dan pilihan dari serpihan setiap masalah.

Layak Menerima Titipan
,


Mungkin bagi sebagian orang, memiliki anak dengan jarak lahir yang yang rapat adalah momok yang menakutkan. Bisa saja bayang-bayang kerepotan selalu melintas. " Bagaimana nanti dengan kakakmya yang masih terlalu kecil bahkan masih dibilang bayi, sang kakak akan kekurangan ASI disaat sang ibu sedang mengandung calon adiknya. Belum lagi bayangan kerepotan masalah keuangan, jika kelas ekonominya termasuk golongan menengah kebawah. Belum lagi bayangan-bayangan kerepotan yang lain.

Tetapi tidak dengan aku, aku merasakan sangat bahagia setelah melihat hasil tespek menunjukkan tanda positif. Aku bangga dan bahagia, meski ada rasa iba terhadap putri pertamaku yang baru berusia satu tahun dua minggu. Ku tenangkan hatiku, saat sang kakak harus mengganti susu terbaiknya dengan susu formula. Terasa ada sayatan-sayatan kecil melukai hati ini, tapi biarlah...... sang adikpun menuntut gizi yang cukup untuk perkembangannya pada trimester pertama. Aku tetap bahagia.

Anehnya kehamilanku kali ini mengundang banyak gunjingan. "Mengapa ??? Apa ini suatu hal yang aneh?" Karena hampir setiap orang yang mengetahui kehamilanku senantiasa menanyakan apakah aku tidak berKB? Apa aku tidak kasihan sama putriku yang masih kecil dan butuh ASI? Berbagai macam komentar yang membuat kuping jadi merah, yang lebih parahnya ada juga dari keluarga yang selalu memojokkan atas kehamilanku dan menyuruhku untuk segera menggugurkanya.

Rasanya aku ingin berbagi kesetiap orang dan mengabarinya tentang kehamilanku saat ini, Namun dari sekian banyak orang, baik itu keluarga, sahabat ataupun teman, selalu melongo dan berkomentar tidak seperti yang ku harapkan. Aku stress, karena tak seorangpun yang senang akan kehamilan ini kecuali suamiku tercinta.

Akhirnya suatu kali iseng-iseng aku menelephon seorang teman yang dulu pernah nyantri bersama. Tak lupa akupun mengabarkan berita gembira ini sebagai salam hangat. Tak ku sangka jawabannya begitu menyejukkan, di saat semua orang menyalahkan aku yang hamil terlalu cepat dikarenakan masih merawat bayi kecil. Tapi tidak dengannya, dia mengatakan bahwa allah telah memilih orang yang tepat untuk menjaga titipan-NYA. Allah percaya dengan kamu, dirawat ya? Hatiku terasa tersiram air yang sangat menyejukkan. Dinginnya sampai kejiwa.


Seperti kehamilanku yang pertama, kali inipun aku jaga dan kurawat sepenuh jiwa, minun susu, banyak istirahat, dan sebagainya. semua kuperlakukan dengan baik seperti kehamilan sang kakak waktu itu.Tapi ........entah kenapa saat usianya genap dua bulan, aku sering pendarahan lucut, setelah aku periksakan keUSG ternyata janinku tidak berkembang. Seketika itu juga bulir-bulir kristal jatuh satu persatu dari tempat persembunyiannya. Perjuanganku berakhir, dan dokter bilang aku harus segera kuret. Aku tak berdaya.

Ya..Allah, aku redlo dengan keputusanMu, meski sakitku ini tak terobati. Hanya harapanku "anakku, berbahagialah dengan teman-temanmu di surga allah, dalam inangan nabi allah ibrahim alaihis salam. Meski cuma dua bulan umi bersamamu, umi dah cukup bahagia nak." Ya allah terimakasih atas titipanMU walau sesingkat ini.