"Dimana? Yang jelas lah.........." Terdengar suara kak Dela dari Ponselku meminta route menuju rumahku saat ini.
" Depan Gedung pertemuan kak, Bilang aja sama Abang becak begitu. Insyallah nyampe.........." Jelasku panjang lebar.
Kantuk masih menyerangku. Kulirik jam. Jarum pendek didalam lingkaran putih itu menunjukkan pukul 05.00 WIB. "Masih terlalu pagi." Bathinku.
Handphone-ku berdering lagi.
"Aku dah nyampe neh."
****************
Kakakku itu sebenarnya adalah teman akrabku semasa masih SLTP dulu, Tapi keakraban itu terus berlanjut hingga kini saat aku telah berkeluarga. Kali ini ia datang kekotaku hanya untuk berlibur, dan akupun membuka pintu lebar-lebar atas kedatangannya.
Aku sangat bahagia berteman dengannya. Dia bisa mengerti aku dan tidak mempersoalkan dengan jilbab lebar yang mulai menutupi auratku. Perdebatan kecil kerap mewarnai percakapan kami, toh akhirnya lenyap dan menguap begitu saja untuk kemudian kami mulai lagi dengan perdebatan-perdebatan berikutnya.
Suatu kali perdebatan kami mengena pada hal yang paling prinsipil, yakni jilbab yang sebenar-jilbab. Aku tahu kalau dirinya menggunakan jilbab pada saat-saat tertentu saja dan dengan jilbab yang biasa-biasa/kecil alias cepak.
"Kak kapan kakak mau istiqomah berjilbab?" Tanyaku.
"Aku belum siap Da. Hatiku belum terpanggil, Sholatku masih nggak karuan!" Jawabnya enteng.
Debat itu makin seru. Kak Dela mengatakan; dia malu jika Ia berjilbab dengan rapih namun kelakuannya taklah seperti jilbaber pada umumnya. Dia masih suka duduk-duduk dikafe, masih suka jalan bareng sama laki-laki bukan muhrim, bla.......bla........bla.........
" Kak .........jilbab itu wajib, harus, kalau menunggu terpanggil, kapan? kapan? Ia kalau dipanggil kalau tidak?! Bukankah perbincangan kita ini juga (bukan) sebuah kebetulan, bisa jadi ini bentuk panggilan yang kak Dela tunggu itu....?
" Entahlah.......... yang pasti aku ga siap bertambah dosa dengan jilbabku nanti. Da.... niat berjilbab itu ada dalam benakku dan itu akan aku laksanakan ketika nanti aku sudah bersih........." Katanya lagi membela diri.
"Apa?! Bertambah dosa? Dari mana datangnya dosa itu kak? coba jelaskan padaku........ lagian pakai menunggu bersih, kapan kak dela....? Kakakpun tahu aku ga bersih-bersih amat, iyakan? tapi kita perlu usaha kak! Usaha memperbaiki diri. Ingat "Sesungguhnya Alloh tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ( QS 13;11 )" begitu kan?" Aku semakin semangat.
"Coba kita itung sekarang dosa orang yang pakai jilbab dengan yang tidak pakai jilbab ya?.......
" Kamu tahu bagaimana masyarakat kita dik? Kita tahu kalau ada orang yang berjilbab lantas ia berpacaran, apa nantinya aku tidak menjadi bahan fitnahan orang, yang akhirnya membawa dosa bagi orang lain, apalagi orang kita sekarang makanannya gosip setiap hari. Iya kan..........?" Dia tetap keukeuh membela diri.
"Jadi kakak mau bilang kalo jilbaber itu ga pantes pacaran dan yang ga pakai jilbab boleh pacaran! Ngga lagi! Pacaran bagi yang pakai ataupun yang tidak pakai jilbab itu sama-sama dosa kak. Trussssss....yang kakak takuti kalo kakak pakai jilbab lalu pacaran, lantas kakak jadi bahan gosip. Ga........kak! orang yang tanpa jilbab yang pacaran juga kena gosip, cuma orang-orang kita yang sudah kena virus gaya barat terlanjur melegalkan pacaran, bukankah itu lebih berdosa kakakku?......."
"Iya juga seh. Tapi aku tetep belum bisa menggunakan penutup itu saat ini." Ujarnya lemah.
"Y a sudah, pembahasan ini tak akan pernah berujung jika tidak dimulai dari hatimu kak. Yang pasti aku masih punya argumen yang bisa memukulmu telak!"
"Apa itu?????????" Masih dengan nada lemahnya.
" Maaf........Sholat lima waktu itu wajib, dan kak Dela melakukannya? Berjilbab juga sama wajibnya, kenapa kakak tak lekas melakukannya?????????.................. Ah, sudahlah terserah padamu, aku cuma bisa berharap semoga Allah berkenan membagikan cahaya itu. Yoook cari makanan yok.........dah laper neh???????? Aku bangkit dan menarik tangannya, sejurus ia memandangku untuk kemudian kami tertawa tak mengerti........
Bagaimana dengan jilbab anda sobit-sobitku semua???????????????
Aku sangat bahagia berteman dengannya. Dia bisa mengerti aku dan tidak mempersoalkan dengan jilbab lebar yang mulai menutupi auratku. Perdebatan kecil kerap mewarnai percakapan kami, toh akhirnya lenyap dan menguap begitu saja untuk kemudian kami mulai lagi dengan perdebatan-perdebatan berikutnya.
Suatu kali perdebatan kami mengena pada hal yang paling prinsipil, yakni jilbab yang sebenar-jilbab. Aku tahu kalau dirinya menggunakan jilbab pada saat-saat tertentu saja dan dengan jilbab yang biasa-biasa/kecil alias cepak.
"Kak kapan kakak mau istiqomah berjilbab?" Tanyaku.
"Aku belum siap Da. Hatiku belum terpanggil, Sholatku masih nggak karuan!" Jawabnya enteng.
Debat itu makin seru. Kak Dela mengatakan; dia malu jika Ia berjilbab dengan rapih namun kelakuannya taklah seperti jilbaber pada umumnya. Dia masih suka duduk-duduk dikafe, masih suka jalan bareng sama laki-laki bukan muhrim, bla.......bla........bla.........
" Kak .........jilbab itu wajib, harus, kalau menunggu terpanggil, kapan? kapan? Ia kalau dipanggil kalau tidak?! Bukankah perbincangan kita ini juga (bukan) sebuah kebetulan, bisa jadi ini bentuk panggilan yang kak Dela tunggu itu....?
" Entahlah.......... yang pasti aku ga siap bertambah dosa dengan jilbabku nanti. Da.... niat berjilbab itu ada dalam benakku dan itu akan aku laksanakan ketika nanti aku sudah bersih........." Katanya lagi membela diri.
"Apa?! Bertambah dosa? Dari mana datangnya dosa itu kak? coba jelaskan padaku........ lagian pakai menunggu bersih, kapan kak dela....? Kakakpun tahu aku ga bersih-bersih amat, iyakan? tapi kita perlu usaha kak! Usaha memperbaiki diri. Ingat "Sesungguhnya Alloh tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ( QS 13;11 )" begitu kan?" Aku semakin semangat.
"Coba kita itung sekarang dosa orang yang pakai jilbab dengan yang tidak pakai jilbab ya?.......
- Pake jilbab = Fahala
- Pacaran = Dosa
- Boncengan dengan lain muhrim = Dosa
- Jalan-jalan pakai jilbab = Terjaga/fahala
- Nggak pakai jilbab = Dosa
- Pacaran =Dosa
- Boncengan dengan lain muhrim =Dosa
- Jalan-jalan ga pakai jilbab = Dosa dan tak terjaga
" Kamu tahu bagaimana masyarakat kita dik? Kita tahu kalau ada orang yang berjilbab lantas ia berpacaran, apa nantinya aku tidak menjadi bahan fitnahan orang, yang akhirnya membawa dosa bagi orang lain, apalagi orang kita sekarang makanannya gosip setiap hari. Iya kan..........?" Dia tetap keukeuh membela diri.
"Jadi kakak mau bilang kalo jilbaber itu ga pantes pacaran dan yang ga pakai jilbab boleh pacaran! Ngga lagi! Pacaran bagi yang pakai ataupun yang tidak pakai jilbab itu sama-sama dosa kak. Trussssss....yang kakak takuti kalo kakak pakai jilbab lalu pacaran, lantas kakak jadi bahan gosip. Ga........kak! orang yang tanpa jilbab yang pacaran juga kena gosip, cuma orang-orang kita yang sudah kena virus gaya barat terlanjur melegalkan pacaran, bukankah itu lebih berdosa kakakku?......."
"Iya juga seh. Tapi aku tetep belum bisa menggunakan penutup itu saat ini." Ujarnya lemah.
"Y a sudah, pembahasan ini tak akan pernah berujung jika tidak dimulai dari hatimu kak. Yang pasti aku masih punya argumen yang bisa memukulmu telak!"
"Apa itu?????????" Masih dengan nada lemahnya.
" Maaf........Sholat lima waktu itu wajib, dan kak Dela melakukannya? Berjilbab juga sama wajibnya, kenapa kakak tak lekas melakukannya?????????.................. Ah, sudahlah terserah padamu, aku cuma bisa berharap semoga Allah berkenan membagikan cahaya itu. Yoook cari makanan yok.........dah laper neh???????? Aku bangkit dan menarik tangannya, sejurus ia memandangku untuk kemudian kami tertawa tak mengerti........
Bagaimana dengan jilbab anda sobit-sobitku semua???????????????