Alhamdulillah, sekiranya Allah masih memberikan saya panjang umur untuk dapat meraih kembali bulan suci ramadhan tahun ini. sungguh ini adalah nikmat yang luar biasa.
Malam ini ketika kami hendak sahur, suami menyempatkan menelephon keponakan kami yang baru kelas 1 SD, saat itu ia belum terbangun dari tidurnya. Namun sebelum ia memejamkan mata ia sempat berpesan kepada ayah dan ibunya agar dibangunkan waktu sahur. Ia sangat bersemangat melakukan ibadah puasa meski tengah hari ia akan berbuka dan melanjutkannya hingga maghrib tiba.
Kadang saya sering tertawa sendiri, jika teringat akan masa kecil saya. Untuk belajar berpuasa, orang tua saya sangat fleksibel. Waktu itu saya masih berusia delapan tahun, tepatnya kelas dua SD, saya harus berpuasa meski tengah hari harus berbuka atau kami sebut puasa bedhuk (dhuhur,)untuk kemudian kembali berpuasa sampai mahgrib tiba. Persis seperti yang dilakukan oleh keponakan saya.
Saking semangatnya puasa dibulan puasa, saya dan teman-teman sering pamer akan puasanya. Dan jika ada yang tak berpuasa, maka kamipun dengan serta merta mengucilkan dan mengolok-oloknya (masa kanak-kanak yang lucu).
Saat itu ada salah seorang teman yang dengan bangganya ia mengatakan bahwa; kemaren ia mampu berpuasa seharian penuh tanpa berbuka disiang harinya. Yah namanya juga anak-anak, akhirnya saya jadi terprovokasi untuk berpuasa seharian penuh seperti dirinya agar saya dikatakan sebagai anak yang kuat berpuasa. Tapi sayang, ketika waktu hendak ashar, karena kecapaian bermain, saya merasakan haus dan lapar yang sangat. Akhirnya saya memberanikan diri bertanya pada nenek, "nek, biasanya kan Ade puasa bedhuk, berarti ada puasa ashar dong?" suara saya memelas meminta simpati dari nenek agar diizinkan berbuka pada waktu ashar tersebut. "kenapa? Ade mau puasa ashar, boleh... tapi besuk harus beljar seharian ya? dan maennya harus dikurangi biar kuat ya?.." akhirnya saya kecil senang dan segera berbuka puasa pada waktu ashar dan kembali berpuasa hingga maghrib.
Namun, sejak itu saya terus berpuasa seharian hingga saya baligh dan mengerti arti puasa yang sesungguhnya. Terima kasih nenek, meski engkau telah pergike alam yang berbeda, semoga engkau mendapatkan ampunan dari Allah yang maha tahu kebaikan hambanya walau hanya sebiji zarah. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar